Sabtu, 25 Juli 2009



Profil Kota Batu

I. Pemerintah Kota Batu
Tanggal 28 Mei 2001 proses peningkatan status Kota Administratif Batu menjadi pemerintah kota mulai dilaksanakan Menteri Dalam Negeri dan Otonomi daerah. Tanggal 30 Juni 2001 UU No.11 tentang peningkatan status kota Administratif Batu disahkan, setelah beberapa bulan kemudian yaitu pada tanggal 17 Oktober 2002 secara resmi Kotatif Batu ditingkatkan statusnya menjadi pemerintah kota. Kemudian pada tanggal 22 Oktober 2002 Gubernur Jawa Timur atas nama Menteri Otonomi Daerah melantik Drs. Imam Kabul sebagai Walikota Batu. Esok harinya maasyarakat Batu menyambutnya dengan bersyukur kepada Allah SWT, mulai menyambut dengan acara syukuran tumpengan bersama. Setelah Batu ditingkatkan statusnya dengan pejabat Walikota Drs. Imam Kabul, Batu ingin meningkatkan lagi pembangunannya, baik pembangunan fisik maupun non fisik. Sejak statusnya meningkat, pemerintah kota Batu bersama masyarakat mulai menyiapkan diri bagaimana agar pamor dan citra kota dingin ini tetap ada dan tetap dikenang banyak orang baik domestik maupun luar negeri.

II. Kronologi Terbentuknya Kota Batu
• Pada tahun 1950 berdasarkan Undang-undang Nomor 12 Tahun 1950 tentang pembentukan daerah-daerah Kabupaten dalam lingkungan Propinsi Jawa Timur, Batu masih merupakan Kecamatan dalam lingkungan pemerintah Kabupaten Malang.
• Pada tahun 1997 kecamatan Batu sebagai Daerah Kota Administratif berdasarkan peraturan pemerintahan Nomor 12 tahun 1997 tentang pembentukan kota Administratif kota Batu, dalam wilayah kabupaten malang, yang meliputi wilayah kecamatan batu, Kecamatan Bumiaji, Kecamatan Junrejo.
• Pada tahun 2001 kota Administratif Batu berubah menjadi Kota Batu.
• Pada hari Jum’at 30 Agustus 2002 diadakan pemilihan anggota DPRD kota Batu. Dan selanjutnya pada hari Senin 16 September 2002 DPRD kota Batu dilantik. Setelah DPRD kota batu terbentuk, maka secara resmi dan sah pemerintah kota Batu telah memiliki badan Legislatif dan secara sah pula DPRD berhak dan mengadakan pemilihan kepala daerah.
• Pada hari Senin tanggal 04 November diadakan pemilihan kepala daerah dan terpilih Drs. H. Imam Kabul M.Si yang berpasangan dengan Drs. M Khudhori sebagai walikota dan wakil walikota Batu yang pertama.
• Pada hari senin tanggal 25 November 2002 dilaksanakan pelantikan Walikota dan Wakil walikota Batu oleh Gubernur Jawa Timur Imam Utomo.

III. Visi dan Misi Kota Batu
 Visi Kota Batu
Visi merupakan pandangan jauh kedepan, ke arah mana dan bagaimana suatu organisasi akan dibawa dan berkarya agar tetap konsisten, eksis, antisipatif, inovatif dan produktif. Hakekat visi kota Batu adalah gambaran secara proyektif dan rasional tentang keadaan masa depan yang diinginkan oleh masyarakat dan pemerintah kota Batu dalam kurun waktu tertentu.
Dalam rangka merealisasikan tujuan pembangunan kota Batu, melalui proses penggalangan aspirasi masyarakat, Visi kota Batu Adalah
“BATU AGROPOLITAN BERNUANSA PARIWISATA DENGAN MASYARAKAT MADANI”

 Misi Kota batu
Misi adalah sesuatu yang harus diemban atau dilaksanakan oleh organisasi sesuai visi yang telah ditetapkan, agar tujuan organisasi dapat terlaksana dan berhasl dengan baik. Misi kota Batu menggambarkan secara jelas tahapan-tahapan yang penting dalam proses pembangunan. Guna mewujudkan visi pembangunan kota Batu tersebut, maka dibutuhkan misi pembangunan kota Batu. Adapun misi pembangunan kota Batu yang telah ditetapkan melalui proses penggalangan aspirasi masyarakat adalah meliputi :
1) Meningkatkan iman dan taqwa kepada Tuhan YME serta pengamalan pancasila secara konsisten dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara menuju masyarakat yang madani;
2) Meningkatkan kwalitas Sumber Daya Manusia (SDM), yang ditandai dengan meningkatkan kualitas pendidikan, kesehatan, keterampilan dan penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK) guna menghadapi era globalisasi serta mengelola sumber daya alam berbasis pada pertanian dan pariwisata yang berwawasan lingkungan;
3) Pengembangan sistem ekonomi kerakyatan yang selaras dengan perkembangan dunia usaha melalui kemitraaan usaha ekonomi lemah dengan industri pariwisata dan pertanian dalam rangka meningkatkan pertumbuhan ekonomi, pendapatan masyarakat serta mengurangi kesenjangan sosial ekonomi maupun kemiskinan dan pengangguran;
4) Perwujudan pelayanan prima pada masyarakat, yang meliputi penyediaan utilitas, kemudian perijinan dan fasilitas umum lainnya;
5) Perwujudan kehidupan sosial yang dinamis dan berkembang seni budaya serta olahraga untuk menunjang pariwisata daerah;
6) Perwujudan peningkatan lingkungan hidup dan terkendalinya tata ruang daerah;
7) Perwujudan peningkatan kwalitas kehidupan berpolitik yang demokratis dan dewasa serta penegakan hukum dan hak asasi manusia (HAM)
8) Perwujudan pemerintahan yang baik dan bersih (good government), dan
9) Perwujudan keamanan.

IV. Tujuan Pembangunan Kota Batu
Setelah melanjutkan visi yang dilanjutkan dengan penetapan misi yang merupakan pengewejantahn visi kebijakan pembangunan kota Batu, bahkan dirumuskan pula nilai-nilai dasar akumulasi dari persepsi, sikap dan perilaku aparatur pemerintah guna melandasi pelaksanaan rangkaian kinerja dalam dalam rangka menggolkan misi, selanjutnya dirumuskan tujuan dan sasaran.
Tujuan merupakan penjabaran atau implementasi dari pernyataan misi. Sebab, pada hakekatnya, tujuan adalah hasil akhir yang hendak dicapai atau dihasilkan oleh suatu organisasi dalam jangka waktu tertentu. Selain itu tujuannya juga berguna untuk mempertajam fokus pelaksanaan misi organisasi.
Adapun tujuan pembangunan daerah kota Batu adalah sebagai berikut :
1) Meningkatkan pemahaman dan pengamalan agama serta kerukunan hidup beragama dengan didukung masyarakat yang madani;
2) Meningkatkan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) dalam menghadapi globalisasi dan mengelola Sumber Daya Alam;
3) Meningkatkan dunia usaha melalui kemitraaan usaha ekonomi lemah dengan dunia pariwisata dan pertanian dengan pengembangan sistem ekonomi kerakyatan;
4) Meningkatkan kelestarian lingkungan secara berkelanjutan;
5) Meningkatkan pelayanan kepada mayarakat terhadap penyediaan dan kemudahan akan sarana dan prasarana;
6) Meningkatkan kesadaran demokrasi serta penegakkan hukum dikalangan masyarakat dan aparatur pemerintah;
7) Meningkatkan keamanan dan ketertiban dalam penghidupan masyarakat dan kegiatan pariwisata.

V. Sasaran Pembangunan Kota Batu
Sebagaimana tujuan, hubungannya dengan visi dan misi organisasi, sasaran berfungsi untuk mempetajam, menjelaskan dan bahkan mengarahkan kejelasan-kejelasan tersebut pada kuantitatif pengukuran atas capaian kinerja pelaksanaan kegiatan-kegiatan. Dengan pengertian lain, sasaran merupakan penjabaran lebih rinci dan konkrit dari tujuan. Karenanya, sasaran senantiasa diformat lebih spesifik, terukur dan berpotensi menantang, sehingga ada greget terhadap semangat pelaksanaan serta evaluasi kinerjanya. Selain itu sasaran juga harus berorientasi pada hasil dan terjangkau aoleh anggaran kemampuan SDM dalam durasi waktu pelaksanaan tertentu. Berikut ini, sasaran pembangunan kota Batu :
1) Meningkatkan kwalitas keimanan dan ketaqwaan kepada Tuhan YME;
2) Meningkatkan kwalitas Sumber Daya Manusia yang produktif dan berdaya saing;
3) Meningkatkan pendapatan masyarakat yang selaras dengan menurunnya kemiskinan, pengagguran dan kesejahteraan sosial
4) Terjaganya kelestarian lingkungan dengan menurunnya degradasi lingkungan sesuai dengan rencana tata ruang;
5) Terciptanya pelayanan prima kepada masyarakat;
6) Terciptanya penegaka supremasi hukum, kehidupan politik yang demokratis dan kondusif;
7) Terwujudnya keamanan dan ketertiban masyarakat.

VI. Bentuk dan Arti Lambang Kota Batu

Bentuk, Arti dan Lambang
(Dasar : Peraturan Daerah Kota Batu Nomor 2 Tahun 2003)
1. Lamabang kota batu berbentuk perisai berisi lima dengan warna dasar hijau yang ada didalamnya terdapat gambar, warna dan bentuk serta di bagian atas terdapat tulisan kota Batu dan bagian bawah terdapat tulisan “Hakaryo Guno Mamayu Bawono” dengan warna dasar putih.
2. Lambang kota terdiri dari tiga bagian dengan perincian sebagai berikut :
• Bagian depan terdiri dari :
a. Gambar keris warna kuning keemasan dengan posisi tegak yang melambangkan jiwa kesatria, kekuatan dan ketajaman pikiran atau batin dan perjuangan yang pantang menyerah serta kepribadian yang berbudaya untuk mencapai kota Batu ke depan.
b. Gambar candi yang melambangkan sistem kota batu yang tertib, rapih dan teratur
c. Gambar rantai warna hitam yang melambangkan persatuan dan kesatuan dalam Negara Republik Indonesia, rantai berjumlah tiga diartikan bahwa manusia dengan Tuhan serta alam dan sesamanya adalah unsur yang tidak terpisahkan.

• Bagian tengah terdiri dari :
a. Gambar bintang melambangkan Ketuhanan YME, yang bermakna meskipun berbeda suku, agama dan pandangan hidup tetap menjunjung kerukunan umat beragama;
b. Gambar gunung yang melambangkan kekuatan dan kebesaran yaitu kota Batu berada di lereng gunung Panderman, gunung Arjuno dan gunung Welirang yang memiliki kekayaan alam cukup besar, terutama mata air yang menyatu dengan sungai Berantas serta beraneka ragam flora dan fauna sehingga merupakan daya tarik wisata yang akan menambah pendapatan masyarakat.
c. Warna dasar hijau dengan gambar petak-petak sawah melambangkan kota Batu adalah daerah agraria, mengandung arti filosofi “Gemah Ripah Loh Jinawi” (daerah yang subur) dan sebagian masyarakat yang bertani.
d. Gambar air yang melambangkan sumber kehidupan yang lestari
e. Gambar padi dan kapas melambangkan pangan dan sandang yang terdiri dari padi berjumlah tujuhbelas dan kapas berjumlah sepuluh, yang bermakna tanggal dan bulan peresmian kota Batu.

• Bagian depan terdiri dari :
a. Bentuk perisai yang memiliki lima sisi yang melambangkan pemerintah kota Batu yang berdasarkan Pancasila sebagai dasar Negara Republik Indonesia
b. Warna mearh putih melambangkan bendera Indonesia
c. Tulisan kota Batu menunjukkan sebutan bagi kota dan pemerintah kota Batu
d. Tulisan “Hakaryo Guno Mamayu bawono” adalah merupakan makna Codro Sengkolo yang mengandung arti Berkarya Guna Membangun Negara. Condro Sengkolo : 1934, adalah tahun jawa, merupakan peresmian pemerintah kota Batu dengan nilai kata, Hakaryo = 4, Guno = 3, mamayu = 9, Bawono = 1 sehingga berjumlahnya tujuh belas sebagai tanggal peresmian kota Batu, dengan jumlah suku kata adalah sebelas, bermakna dasar hukum peresmian kota Batu diatur dalam Undang-undang Nomor 11 Tahun 2001.

VII. Kondisi Geografis
Kota Batu merupakan salah satu kota yang baru terbentuk pada tahun 2001sebagai pecahan dari Kabupaten Malang. Sebelumnya wilayah kota batu merupakan bagian dari Sub Satuan Wilayah Pengembangan 1 (SSWP 1) Malang Utara. Kota ini sedang mempersiapkan diri untuk mampu melakukan perencanaan, pelaksanaan serta mengevaluasian proyek-proyek pembangunan secara mandiri sehingga masyarakat di wilayah ini semakin rneningkat kesejahterannya
Kota Batu yang terletak 800 meter diatas permukaan air laut ini dikaruniai keindahan alam yang memikat. Potensi ini tercermin dari kekayaan produksi pertanian, buah dan sayuran, serta panorama pegunungan dan perbukitan. Sehingga dijuluki the real tourism city of Indonesia oleh Bappenas. Kota Batu memiliki 3 (tiga) buah gunung yang telah dikenal dan telah diakui secara nasional. Gunung-gunung tersebut adalah Gunung Pandennan (2010 m), Gunung Welirang (3156 m), Gunung Arjuno (3339 m) dan masih banyak lagi lainnya. Dengan kondisi topografi pegunungan dan perbukitan tersebut menjadikan kota Batu terkenal sebagai daerah dingin. Temperatur rata-rata kota Batu 2l,5°C, dengan temperatur tertinggi 27,2°C dan terendah 14,9°C.Rata-rata kelembaban nisbi udara 86' % dan kecepatan angin 10,73 km/jam. Curah hujan tertinggi di kecamatan Bumiaji sebesar 2471 mm dan hari hujan 134 hari.


VIII. Profil Wilayah
Kota apel. Julukan itu telah lama melekat pada kota yang secara resmi baru berdiri dua tahun lalu. Apel merupakan produk khas yang menjadi andalan daerah yang atarannya berada di ketingggian tak kurang dari 600 m diatas permukaan laut serta dikelilingi banyak gunung (Gunung Panderman, Gunung Banyak, Gunung Welirang, dan Gunung Bokong). Jenis tanah yang berada di kota Batu sebagian besar merupakan andosol,
selanjutnya secara berurutan kambisol, latosol dan aluvial. Tanahnya berupa tanah mekanis yang banyak mengandung mineral yang berasal dari ledakan gunung berapi, sifat tanah semacam ini mempunyai tingkat kesuburan yang tinggi. Banyak potensi wisata alam yang bisa dikembangkan dari Kota Batu ini. Tinggal bagaimana cara mengemas semua keindahan panorama alam tersebut. Sebagai contoh adanya pemandian air panas Cangar, wisata olahraga paralayang yang mengambil lokasi di Gunung banyak, Kecamatan Bumiaji dan membentang hingga Kecamatan Batu dan Junrejo. Konon, menurut atlet dan para pengunjung, pemandangannya adalah yang paling bagus se-Asia.
Potensi lain yang segera akan dikembangkan adalah akan dibangun wisata bunga yang rencananya akan mengambil lokasi di Desa Sidomulyo, Kecamatan Batu. Konsepnya, seluruh desa akan dipenuhi para penjual bunga, dan pengunjung dapat datang untuk sekedar berjalan-jalan sambil melihat-lihat pemandangan aneka bunga. Rencana lai adalah dengan menggarap puluhan goa peninggalan Jepang yang terletak di tiga lokasi, yaitu Cangar (Kecamatan Bumiaji), Tlekung (Kecamatan Juntrejo) dan Songgokerto (Kecamatan Batu). Hasil perkebunan andalan yang menjadi komoditi utama dari Kota Batu adalah buah apel. Apel batu ini memiliki empat varietas yaitu manalagi, rome beauty, anna, dan wangling. Namun beberapa tahun belakangan ini, apel batu tidak lagi dapat diunggulkan karena selain terjadi penurunan produksi antara 0,8-2,1%, apel batu juga harus bersaing dengan apel-apel impordari Amerika, Australia, dan New Zealand.
Selain apel batu, Batu juga menghasilkan berbagai jenis buah lain seperti jeruk alpukat, nangka, dan pisang. Seperti Kecamatan Bumiaji yang produktif menghasilkan bermaca-macam buah-buahan, juga menjadi sentra produksi jeruk keprok batu, jeruk keprok punten, dan jeruk manis. Dengan nilai produksi mencapai 23.152 ton dari 24.205 pohon, jeruk-jeruk batu tersebut didistribusikan ke Surabaya, Bali, dan Jakarta.
Sektor pertanian juga mulai digiatkan setelah masa kejayaan apel berlalu. Kota Batu sedang mencoba meneliti pengembangan kedelai Jepang Edamamae di Batu. Hasilnya sangat potensial unutk dipasok ke Jepang sebagai alternatif peningkatan pendapatan petani. Setelah diuji coba, kualitasnya termasuk grade 9, diatas Jember atau Lumajang yang meraih grade 6-7. Untuk mendukung ekspor kedelai, diperlukan industri pengepakan yang membutuhkan dana sekitar Rp 15 milyar. Diharapkan, dari ekspor satu kontainer, Batu meraup untung sekitar 40%.

IX. Kondisi Perekonomian
Meski Kota Batu kaya akan hasil bumi, namun perekonomian Kota Batu justru bersandar pada sektor perdagangan, hotel, dan restoran sebagai penyangga sekitar 45% kegiatan ekonomi daerahnya. Keindahan alam dan berbagai tempat tujuan wisata di sekitar Batu memang menjadi komoditas ekonomi yang mampu menyedot pemasukan tersendiri. Sekitar 24 objek wisata resmi, mulai dari bumi perkemahan,
Distribusi kegiatan perekonomian kota Batu antara lain : Jasa-jasa 14% Perdagangan, Hotel, dan Restoran 44%. Pertambangan dan Penggalian 1% Pertanian 14% Listrik, Gas dan Air Bersih 2%. Bangunan 2%, Industri Pengolahan 14%, Keuangan 4%, Pengangkutan dan Komunikasi 5%. Pemandian air dingin dan panas, agrowisata, hingga wisata dirhantaa (paralayang) yang tersebar di tiga kecamatan di Kota Batu menghadirkan puluhan ribu wisatawan lokal dan mancanegara setiap bulannya.

TEMPAT WISATA DI KOTA BATU

Kawasan wisata Songgoriti, Kota Batu

Kalau anda mengunjungi kota Batu, pastikan anda mengunjungi Kawasan wisata Songgoriti. Lokasinya yang berada di lembah "gunung banyak"menawarkan tempat wisata yang unik dan layak untuk dikunjungi. Nah, sekarang apa saja yang ada di kawasan wisata ini? mari kita ikuti penelusuran Pak RW, reporter MalangPedia yang kebetulan memang "aseli wong mbatu"

Di jalan masuk menuju kawasan wisata ini, anda akan banyak menemui penduduk sekitar yang berdiri berderet di pinggir jalan sambil menawarkan villa. Ya villa untuk ditempati selama anda berwisata di daerah ini dan bukan villa untuk dijual ya! Harga sewa villa di kawasan ini bervariatif, mulai dari Rp 150.000 per kamar atau bahkan per villa dengan 2 kamar di hari-hari biasa. Saat peak season atau musim liburan, biasanya harga sewa kamar atau villa bisa naik 2 kali lipat. Kalau anda tidak tertarik dengan fasilitas yang disediakan oleh villa, jangan khawatir, di kawasan ini juga banyak hotel-hotel yang bisa menjadi pilihan tempat tinggal lain selama berlibur disini. Di area pintu masuk kawasan ini, anda akan ditarik biaya retribusi sebesar Rp. 1000 untuk motor dan Rp. 2000 untuk mobil.

Banyak tempat yang bisa dikunjungi di kawasan ini, dari kolam renang, tempat pemandian air panas, pasar wisata yang menjual beraneka ragam souvenir serta jajanan khas kota Batu. Oh ya, di kawasan ini anda juga bisa menemui sebuah candi peninggalan kerajaan Majapahit yaitu Candi Supo yang menurut kepercayaan masyarakat sekitarnya biasa digunakan untuk mencuci pusaka.

Pasar Wisata Songgoriti
Pasar wisata adalah jantung-nya kawasan wisata Songgoriti, dimana masyarakat sekitarnya banyak yang berjualan souvenir, alat-alat rumah tangga seperti wajan/penggorengan, cobek batu, dll. Ada juga yang berjualan mainan anak-anak baik yang berbahan kayu atau plastik. Dari sisi agrobis, kawasan wisata ini juga diwarnai dengan penjual beraneka ragam tanaman hias, bunga-bunga an hingga buah-buahan. Eh ada juga lho yang berjualan binatang peliharaan seperti kelinci, hamster, marmut, burung, dll.





















































Olahraga Paragliding atau Paralayang
Diatas kawasan wisata ini yang tepatnya berlokasi di puncak "gunung banyak", anda

bisa menemui kawasan yang diperuntukkan untuk olahraga paragliding atau paralayang. Wah asyik tuh! Hanya dengan Rp. 250.000 anda bisa menikmati indahnya kota Batu dari udara dan ini bisa menjadi pengalaman yang luar biasa bagi anda yang memang hobby dengan olahraga ini.



Cangar

Cangar merupakan nama sebuah dusun sekaligus pemandian air panas yang terletak di kelurahan Tulungrejo, kecamatan Bumiaji, kota Batu. Cangar terletak di dalam kawasan Taman Hutan Raya R. Soeryo. Di sekitar mata air panas Cangar banyak ditemukan gua-gua buatan peninggalan dari masa pendudukan Jepang, tahun 1942 - 1945. Cangar merupakan jalan tembus menuju Kabupaten/Kota Mojokerto melalui Pacet. Dengan ketinggian diatas 1000m dpl, Cangar merupakan salah satu daerah penghasil sayur-sayuran dan buah apel yang utama.




LEGENDA KOTA BATU

Sejak abad ke-10, wilayah Batu dan sekitarnya telah dikenal sebagai tempat peristirahatan bagi kalangan keluarga kerajaan, karena wilayah adalah daerah pegunungan dengan kesejukan udara yang nyaman, juga didukung oleh keindahan pemandangan alam sebagai ciri khas daerah pegunungan.

Pada waktu pemerintahan Raja Sindok , seorang petinggi Kerajaan bernama Mpu Supo diperintah Raja Sendok untuk membangun tempat peristirahatan keluarga kerajaan di pegunungan yang didekatnya terdapat mata air. Dengan upaya yang keras, akhirnya Mpu Supo menemukan suatu kawasan yang sekarang lebih dikenal sebagai kawasan Wisata Songgoriti.

Atas persetujuan Raja, Mpu Supo yang konon kabarnya juga sakti mandraguna itu mulai membangun kawasan Songgoriti sebagai tempat peristirahatan keluarga kerajaan serta dibangunnya sebuah candi yang diberi nama Candi Supo.

Ditempat peristirahatan tersebut terdapat sumber mata air yang mengalir dingin dan sejuk seperti semua mata air di wilayah pegunungan. Mata air dingin tersebut sering digunakan mencuci keris-keris yang bertuah sebagai benda pusaka dari kerajaan Sendok. Oleh karena sumber mata air yang sering digunakan untuk mencuci benda-benda kerajaan yang bertuah dan mempunyai kekuatan supranatural (Magic) yang maha dasyat, akhirnya sumber mata air yang semula terasa dingin dan sejuk akhirnya berubah menjadi sumber air panas. Dan sumberair panas itupun sampai saat ini menjadi sumber abadi di kawasan Wisata Songgoriti.

Wilayah Kota Batu yang terletak di dataran tinggi di kaki Gunung Panderman dengan ketinggian 700 sampai 1100 meter di atas permukaan laut, berdasarkan kisah-kisah orang tua maupun dokumen yang ada maupun yang dilacak keberadaannya, sampai saat ini belum diketahui kepastiannya tentang kapan nama "B A T U" mulai disebut untuk menamai kawasan peristirahatan tersebut.

Dari beberapa pemuka masyarakat setempat memang pernah mengisahkan bahwa sebutan Batu berasal dari nama seorang ulama pengikut Pangeran Diponegoro yang bernama Abu Ghonaim atau disebut sebagai Kyai Gubug Angin yang selanjutnya masyarakat setempat akrab menyebutnya dengan panggilan Mbah Wastu. Dari kebiasaan kultur Jawa yang sering memperpendek dan mempersingkat mengenai sebutan nama seseorang yang dirasa terlalu panjang, juga agar lebih singkat penyebutannya serta lebih cepat bila memanggil seseorang, akhirnya lambat laun sebutan Mbah Wastu dipanggil Mbah Tu menjadi Mbatu atau batu sebagai sebutan yang digunakan untuk Kota Dingin di Jawa Timur.

Sedikit menengok ke belakang tentang sejarah keberadaan Abu Ghonaim sebagai cikal bakal serta orang yang dikenal sebagai pemuka masyarakat yang memulai babat alas dan dipakai sebagai inspirasi dari sebutan wilayah Batu, sebenarnya Abu Ghonaim sendiri adalah berasal dari JawaTengah. Abu Ghonaim sebagai pengikut Pangeran Diponegoro yang setia, dengan sengaja meninggalkan daerah asalnya Jawa Tengah dan hijrah dikaki Gunung Panderman untuk menghindari pengejaran dan penangkapan dari serdadu Belanda (Kompeni)

Abu Ghonaim atau Mbah Wastu yang memulai kehidupan barunya bersama dengan masyarakat yang ada sebelumnya serta ikut berbagi rasa, pengetahuan dan ajaran yang diperolehnya semasa menjadi pengikut Pangeran Diponegoro. Akhirnya banyak penduduk dan sekitarnya dan masyarakat yang lain berdatangan dan menetap untuk berguru, menuntut ilmu serta belajar agama kepada Mbah Wastu.

Bermula mereka hidup dalam kelompok (komunitas) di daerah Bumiaji, Sisir dan Temas akhirnya lambat laun komunitasnya semakin besar dan banyak serta menjadi suatu masyarakat yang ramai.

Sebagai layaknya Wilayah Pegunungan yang wilayahnya subur, Batu dan sekitarnya juga memiliki Panorama Alam yang indah dan berudara sejuk, tentunya hal ini akan menarik minat masyarakat lain untuk mengunjungi dan menikmati Batu sebagai kawasan pegunungan yang mempunyai daya tarik tersendiri. Untuk itulah di awal abad 19 Batu berkembang menjadi daerah tujuan wisata, khususnya orang-orang Belanda, sehingga orang-orang Belanda itupun membangun tempat-tempat Peristirahatan (Villa) bahkan bermukim di Batu.

Situs dan bangunan-bangunan peninggalan Belanda atau semasa Pemerintahan Hindia Belanda itupun masih berbekas bahkan menjadi aset dan kunjungan Wisata hingga saat ini. Begitu kagumnya Bangsa Belanda atas keindahan dan keelokan Batu, sehingga bangsa Belanda mensejajarkan wilayah Batu dengan sebuah negara di Eropa yaitu Switzerland dan memberikan predikat sebagai De Klein Switzerland atau Swiss kecil di Pulau Jawa.

Peninggalan arsitektur dengan nuansa dan corak Eropa pada penjajahan Belanda dalam bentuk sebuah bangunan yang ada saat ini serta panorama alam yang indah di kawasan Batu sempat membuat Bapak Proklamator sebagai The Father Foundation of Indonesia yaitu Bung Karno dan Bung Hatta setelah Perang Kemerdekaan untuk mengunjungi dan beristirahat dikawasan Selecta Batu.

Sumber : Dinas Infokompust Batu Bidang Informasi